"Learning to Explore, Develop and Serve"

Hikmah Jum’at

KESABARAN UJIAN HIDUP

(Hikmah di balik musibah akan memiliki ketangguhan mental sempurna)

A. Rusdiana

Rahasia kehidupan merupakan sesuatu yang menarik di hati manusia. Banyak pemikir, filosof, dan para ahli lainnya mencoba menafsirkan arti hidup dan misteri yang ada di baliknya. Hasilnya adalah filsafat hidup subjektif, sesuai dengan selera pengamatannya masing-masing. Dunia tidak ubahnya seperti sekolah yang menyelenggarakan test. Setiap manusia adalah peserta dari test tersebut. Alam dunia tempat kita hidup bukanlah surga penuh kenikmatan. Juga bukan tempat keabadian. Ia hanya cobaan dan pembebanan (taklif). Manusia dicipta di dalamnya untuk diuji guna mempersiapkan kehidupan abadi di akhirat. Siapa saja yang telah mengetahui watak kehidupan dunia seperti ini, maka dia tidak akan dikejutkan oleh malapetakanya. Tetapi orang-orang yang memandang kehidupan dunia ini sebagai jalan penuh taburan bunga dan aroma, maka apabila ia tergelincir sedikit saja akan dirasakannya sangat berat dan sulit karena sebelumnya tidak pernah membayangkannya.

Cobaan hidup dapat digolongkan dalam dua bentuk.  cobaan berupa kesedihan (penderitaan) dan cobaan berupa kesenangan (kesejahteraan). Allah menciptakan kehidupan ini dengan mamadukan antara kesenangan dan kesengsaraan, antara kecintaan dan kebencian. Tidak ada kesenangan dan kenikmatan tanpa kesengsaraan dan kepedihan; tidak ada kesehatan tanpa diganggu rasa sakit; atau kebahagiaan tanpa kesedihan ataupun keamanan tanpa ketakutan. Sebab hal itu menyalahi kodrat kehidupan dan peranan manusia di dalamnya. Setiap orang pasti mengalami dua corak cobaan hidup itu. Ketika ia menghadapinya, maka hakekatnya ia sedang menempuh ujian Allah yang berlangsung atas dirinya. Bila ia lulus, maka pahala akan ia peroleh. Bila tidak, maka dosalah yang akan dipikulnya.

Sikap terbaik dalam menempuh ujian adalah sabar. Sabar merupakan bekal utama mereka yang bertakwa dalam menempuh perjalanan hidup penuh dengan pancaroba ini. Beberapa contoh dapat kita sebutkan tentang kesabaran terhadap penderitaan dan kesenangan. Amirul Mukminin Ali RA pernah melakukan takziyah kepada seorang yang ditinggal mati anaknya, kemudian ia berkata; “Wahai Fulan, jika engkau bersabar maka ketetapan itu tetap berlaku padamu dan bagimu pahala, tetapi jika kamu tidak bersabar maka ketetapan itu tetap berlaku atasmu dan bagimu dosa”.

Di dalam kisah Nabi Ayyub AS, kita dapati contoh bagaimana seseorang harus besabar atas penyakit yang menimpa dirinya. Kenyataannya, kesabaran akan membawa kesudahan baik. Allah menghilangkan penyakit Nabi Ayyub AS, bahkan mengganti keluarganya yang telah hilang dengan keluarga baru yang berlipat jumlahnya dari semula. Ia menegaskan kepada kita bahwa bersabar yang pahit tidak lain pasti akan membawa hasilnya yang sangat manis di dunia, sebelum akhirat.

Dari sini maka Allah menyampaikan firman-Nya kepada Rasul-Nya di dalam Surat Hud: “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.” (QS Hud [11]:115). Kesabaran Yusuf lebih tinggi daripada Ayyub, karena kesabaran Ayyub lebih bersifat idhthirary (tidak ada jalan lain kecuali harus menerimanya), sementara itu kesabaran Yusuf bersifat ikhtiary (ada pilihan).

Tawaran hidup dunia bermacam-macam. Untuk seorang dai biasanya kesenangan dan fasilitas yang ditukar dengan pengkhianatan terhadap Islam dan dakwah. Bagi pedagang berupa keuntungan berlipat ganda bila mau menipu atau curang. Bagi penjahat dengan mendapatkan uang banyak bila mau korupsi. Bagi pegawai rendahan biasanya mendapat keuntungan tertentu bila mau sedikit berkhianat dan tidak jujur. Ketika menghadapi ujian bentuk ini, setiap manusia menghadapi dua pilihan. Meninggalkan perbuatan yang salah itu dengan mendapatkan keridhaan Allah dan pahala akhirat. Atau melakukan perhuatan dosa itu dengan mendapat kesenangan sementara heserta kemurkaan Allah. Maka untuk menyelamatkan iman mereka, setiap muslim wajib menteladani kesabaran yang dimiliki para nabi.

Kesabaran yang telah dicontohkan para nabi dan rasul Allah terdahulu seyogyanya dapat menjadi pelajaran dan ihrab bagi kita umat manusia yang saat ini hidup pada era globalisasi, penuh dengan tantangan dan rintangan. Ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada orang beriman merupakan pertanda hahwa Allah masih sayang kepada-Nya, karena Ia hanya ingin menguji kadar keimanan orang beriman tadi, jika ia herhasil menjalankan ujian tersebut maka tergolonglah sebagai orang sukses. Dan itu artinya Allah semakin sayang kepada-Nya. Jika sebaliknya, ia gagal mengahadapi ujian tersebut maka dibutuhkan lagi baginya jalan keluar untuk menghadapi ujian kembali, dan bukan berarti Allah semakin tidak sayang.

Kegagalan ujian tersebut merupakan kunci dari sebuah kesuksesan yang terhalangi. Maka untuk meraihnya ia harus mengetahui terlebih dahulu faktor penyebab kegagalan itu, bisa jadi hal ini timbul disebabkan oleh dirinya sendiri atau ada faktor lain yang ikut mendukung kegagalan tersebut. Seorang muslim yang mengetahui hikmah (rahasia) di balik musibah atau cobaan, akan memiliki ketangguhan mental sempuma. Berbeda dengan orang yang hanya memahami musibah secara dangkal hanya melihat lahiriyahnya saja.

Ketika cobaan datang kepada manusia, maka beritakanlah kabar gembiran bagi orang-orang bersabar. Ini menunjukan bahwasanya sabar adalah sebuah kebajikan yang amat besar sehingga perlu penegasan kuat. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua selaku kaum muslimin. Dan semoga Allah memberikan kekuatan iman dan kesabaran dalam menjalankan roda kehidupan ini, sehingga kita benar-benar dapat menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Wallahu a’lam bishawab. Amin.